Sabtu, 25 Juni 2011

Peran Guru dalam Implementasi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Sudah setahun lebih Pemerintah mencanangkan Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa dan Metode Belajar Aktif melalui Inpres Nomor 1 Tahun 2010. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Melihat keadaan kehidupan masyarakat kita saat ini, maka Pendidikan Karakter menjadi suatu hal yang mendesak untuk dilaksanakan. Olehnya itu, sekolah sebagai salah satu basis penanaman budaya dan nilai karakter perlu menyokongnya.

Implementasi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di sekolah hendaknya dilaksanakan melalui proses belajar aktif, yang berarti memberi ruang bagi guru untuk melaksanakannya secara optimal. Sesuai dengan prinsip pengembangan nilai harus dilakukan secara aktif oleh siswa (dirinya subyek yang akan menerima, menjadikan nilai sebagai miliknya dan menjadikan nilai-nilai yang sudah dipelajarinya sebagai dasar dalam setiap tindakan) maka posisi siswa sebagai subyek yang aktif dalam belajar adalah prinsip utama belajar aktif. Apalagi pembinaan karakter termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh siswa dalam kehidupannya. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) di sekolah harus dilibatkan selain komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Disinilah posisi guru menjadi amat penting, mengingat guru sebagai agen perubahan (agent of change) yang akan mengajarkan ilmu pengetahuan sekaligus mendidik dan menanamkan nilai-nilai karakter.

Untuk itu pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang dilakukan oleh guru yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor perlu dipacu untuk dapat memiliki kreatifitas dan kesungguhan yang bersifat inovatif serta menjunjung tinggi nilai-nilai karakter sehingga akan berimbas kepada tingkah laku dan hasil belajar siswa yang lebih baik. Sebagai upaya mengimplementasikan Pendidikan Karakter dan Budaya, guru dapat melakukannya melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari di sekolah/ dikelas yaitu melalui :
1. Kegiatan rutin seperti berdoa sebelum memulai dan setelah selesai melaksanakan pembelajaran.
2. Kegiatan spontan seperti memberi salam, meminta maaf, mengucapkan terima kasih, melerai/menengahi bila ada siswa yang bertengkar, atau memungut sampah dan membuangnya di tempat sampah.
3. Kegiatan penanaman keteladanan seperti bersikap jujur, datang tepat waktu, berpakaian rapi atau berkata sopan dan menunjukkan sikap menghargai siswa.
4. Pengkondisian kelas seperti menyiapkan alat-alat kebersihan atau menempatkan bak/tong sampah di sudut kelas dan selalu dibersihkan.
5. Kegiatan terprogram seperti mengajak siswa mengikuti kegiatan ekskul sekolah, berkunjung ke Panti Asuhan atau membuat program melakukan seminar kecil-kecilan membahas suatu masalah dengan siswa.
6. Melalui mata pelajaran dengan mencantumkan pada silabus atau perencanaan pembelajaran, nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan dalam sebuah materi pembelajaran.

Dengan melalui kegiatan-kegiatan tersebut di atas akan membentuk budaya sekolah yang kuat dan berkarakter positif. Namun upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah melainkan perlu upaya berkesinambungan yang dimulai dari keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Untuk itu perlu sinergi dengan orang tua siswa, masyarakat dan sekolah. Dengan sinergi tersebut diharapkan nilai karakter terus ditumbuhkembangkan yang pada akhirnya dapat membentuk pribadi karakter siswa yang kuat dan bermoral, yang akan membawa bangsa yang besar ini ke kehidupan dan peradaban dunia kelak.

Semoga bermanfaat.
baca juga disini
Kendari, 25 Juni 2011; 00.30 Wita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda