Senin, 08 Maret 2010

Hubungan Pemahaman Sosial Budaya Siswa dan Persepsi Siswa Terhadap Kemampuan Mengajar Guru dengan Hasil Belajar Matematika Siswa

Hubungan Pemahaman Sosial Budaya Siswa dan
Persepsi Siswa Terhadap Kemampuan Mengajar Guru
dengan Hasil Belajar Matematika Siswa

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran empiris tentang: (1) tingkat pencapaian hasil belajar matematika siswa; (2) hubungan antara pemahaman sosial budaya siswa dengan hasil belajar matematika siswa; (3) hubungan antara kemampuan mengajar guru dengan hasil belajar matematika siswa; dan (4) hubungan antara pemahaman sosial budaya siswa dan kemampuan mengajar guru secara bersama-sama dengan hasil belajar matematika siswa. Hasil penelitian menemukan bahwa (1) tingkat pencapaian hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri masih rendah, dengan rata-rata baru mencapai 53,806 atau kategori cukup; (2) terdapat hubungan positif dan signifikan antara pemahaman sosial budaya oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dengan hasil belajar matematika siswa seperti ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,224 dan koefisien determinasi sebesar 0,0502; (3) terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan mengajar guru dengan hasil belajar matematika siswa seperti ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,443 dan koefisien determinasi sebesar 0,196; dan (4) terdapat hubungan positif dan signifikan antara pemahaman sosial budaya siswa dan kemampuan mengajar guru dengan hasil belajar matematika siswa secara bersama-sama dengan koefisien korelasi ganda sebesar 0,446 dan koefisien determinasi sebesar 0,199. Dengan demikian untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa maka faktor pemahaman sosial budaya siswa oleh guru dan kemampuan mengajar guru merupakan faktor-faktor penentu dan perlu menjadi perhatian bagi para guru matematika.
Kata Kunci: pemahaman sosial budaya, kemampuan mengajar guru, matematika dan hasil belajar siswa.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan deskripsi perolehan data dan hasil pengujian ketiga hipotesis dari penelitian ini, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, hasil analisis deskriptif terhadap tingkat pencapaian hasil belajar matematika siswa masih rendah.
Ini terlihat dari rata-rata pencapaian hasil belajar tersebut baru mencapai 53,806. Dapat ditafsirkan bahwa persentase penyerapan materi atau penguasaan kompetensi matematika oleh siswa baru mencapai 53,806%. Jika dibandingkan dengan kriteria kelulusan untuk nilai Ujian Nasional dengan rata-rata minimal sebesar 5,25 maka nilai rata-rata pencapaian hasil belajar tersebut masih berada pada kategori cukup. Temuan ini mengindikasikan bahwa hasil belajar matematika harus menjadi perhatian bagi para guru, pihak sekolah dan instansi terkait untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas hasil belajar matematika siswanya.
Kedua, dari hasil analisis regresi dan korelasi sederhana atas variabel pemahaman sosial budaya dengan hasil belajar matematika siswa diperoleh persamaan garis regresi Ŷ = 0,029 + 0,434X1 dan korelasi sebesar 0,224 yang masing-masing signifikan pada  = 0,05. Hal ini membuktikan bahwa pemahaman sosial budaya merupakan salah satu prediktor hasil belajar matematika siswa. Kedua variabel ini berhubungan positif dan signifikan, dimana 5,02% varians yang terjadi pada hasil belajar matematika siswa dapat dijelaskan oleh pemahaman sosial budaya oleh guru terhadap hasil belajar matematika siswa, sedangkan sisanya sebesar 94,98% dijelaskan oleh hal lainnya yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Temuan ini menunjukkan bahwa pemahaman sosial budaya siswa oleh guru berhubungan erat dengan pencapaian hasil belajar matematika siswa. Hal ini memperkuat hasil-hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya bahwa latar belakang budaya setiap siswa mempengaruhi cara siswa tersebut dalam mempelajari dan menguasai konsep-konsep dari materi pelajaran yang diajarkan di sekolah, sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah harus mempertimbangkan latar belakang budaya siswa. Latar belakang sosial budaya siswa yang perlu diperhatikan oleh guru meliputi kemampuan memahami hubungan siswa dengan lingkungannya dan kemampuan memahami kegiatan pembelajaran sebagai transmisi dan penguasaan budaya. Dengan demikian maka untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa maka salah satu faktor penentu yang harus diperhatikan adalah pemahaman sosial budaya, artinya jika seorang guru memiliki pemahaman sosial budaya siswanya secara baik maka hasil belajar matematika siswa akan baik pula.
Ketiga, melalui analisis korelasi dan regresi sederhana atas variabel kemampuan mengajar dengan hasil belajar matematika siswa diperoleh persamaan garis regresi Ŷ = -17,199 + 0,529X2 dan koefisien korelasi sebesar 0,443 yang masing-masing signifikan pada  = 0,05. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan mengajar guru merupakan salah satu prediktor hasil belajar matematika siswa. Kedua variabel berhubungan positif dan signifikan, dimana 19,60% varians yang terjadi pada hasil belajar matematika siswa, dan dapat dijelaskan oleh kemampuan mengajar guru melalui persamaan garis regresi Ŷ = -17,199 + 0,529X2, sedangkan sisanya sebesar 80,40% dijelaskan oleh faktor lainnya yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Temuan ini menunjukkan bahwa kemampuan mengajar merupakan salah satu prediktor hasil belajar matematika siswa, yang berarti bahwa kemampuan mengajar guru berhubungan erat dengan pencapaian hasil belajar matematika siswa. Hal ini memberikan keyakinan atas pernyataan bahwa guru sangat memegang kunci utama di dalam menghasilkan dan meningkatkan mutu pendidikan, ataupun pada uraian dan hasil-hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya bahwa kualitas program pendidikan tidak hanya tergantung pada konsep, melainkan juga pada kemampuan mengajar guru. Kemampuan mengajar yang perlu dikuasai tersebut meliputi kemampuan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan keterampilan melaksanakan hubungan pribadi. Dengan demikian maka untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa maka salah satu faktor penentu yang harus diperhatikan adalah kemampuan mengajar guru, atau dengan kata lain bahwa kemampuan mengajar yang baik dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Keempat, dari hasil analisis regresi dan korelasi jamak atas pemahaman sosial budaya dan kemampuan mengajar secara bersama-sama dengan hasil belajar matematika siswa diperoleh persamaan garis regresi Ŷ = -26,620 + 0,104X1 + 0,503X2 dan koefisien korelasi sebesar 0,466 masing-masing signifikan pada  = 0,05. Variabel bebas dan variabel terikat tersebut berhubungan positif dan signifikan, dimana 19,9% varians yang terjadi pada hasil belajar matematika siswa, dan dapat dijelaskan secara bersama-sama antara pemahaman sosial budaya dan kemampuan mengajar guru. Temuan ini membuktikan bahwa variabel-variabel pemahaman sosial budaya dan kemampuan mengajar secara bersama-sama merupakan prediktor hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar siswa akan tinggi manakala sebelum kegiatan pembelajaran, guru telah mengetahui latar belakang sosial budaya siswa sebagai bekal awal untuk dapat merencanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai sehingga dalam pelaksanaannya memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Demikian pula dengan bekal keterampilan guru yang memadai dalam menyusun perencanaan pembelajaran yang berorientasi kepada karakteristik siswa dengan sosial budayanya yang khas, melaksanakannya dalam kegiatan pembelajaran serta dengan keterampilan guru dalam melakukan hubungan pribadi dengan siswa secara luwes, maka hasil belajar matematika siswanya dapat dicapai dengan optimal.
Dengan demikian maka untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa maka beberapa faktor penentu yang harus diperhatikan adalah pemahaman sosial budaya dan kemampuan mengajar, artinya jika seorang guru memiliki pemahaman sosial budaya dan kemampuan mengajar yang baik maka hasil belajar matematika siswa akan cenderung meningkat/baik, sebaliknya jika seorang guru memiliki pemahaman sosial budaya dan kemampuan mengajar yang negatif/tidak baik maka hasil belajar matematika siswa akan cenderung menurun.


Kesimpulan
a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap pemahaman sosial budaya oleh guru dalam kegiatan pembelajaran berhubungan erat dengan hasil belajar matematika siswa. Pemahaman sosial budaya siswa oleh guru yang dimaksud meliputi kemampuan memahami hubungan siswa dengan dunianya (lingkungannya) dan kemampuan memahami kegiatan pembelajaran sebagai transmisi dan penguasaan budaya. Dengan demikian maka untuk mewujudkan hasil belajar matematika siswa yang lebih baik maka salah satu faktor penentu yang harus diperhatikan adalah pemahaman sosial budaya siswa. Artinya, jika seorang guru memiliki tingkat pemahaman sosial budaya siswanya yang baik maka hasil belajar matematika siswa akan baik pula.
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar guru merupakan salah satu prediktor hasil belajar matematika siswa. Kemampuan mengajar yang dimaksud meliputi aspek-aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, serta keterampilan melaksanakan hubungan pribadi. Dengan demikian maka untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa optimal maka salah satu faktor penentu yang harus diperhatikan adalah kemampuan mengajar guru. Jika kemampuan mengajar guru baik maka hasil belajar matematika siswa akan cenderung meningkat, sebaliknya kemampuan mengajar guru baik rendah maka hasil belajar matematika akan cenderung menurun.
c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap pemahaman sosial budaya oleh guru dan kemampuan mengajar guru secara bersama-sama merupakan prediktor hasil belajar matematika siswa. Dengan kata lain persepsi siswa terhadap pemahaman sosial budaya oleh guru dan kemampuan mengajar guru memberikan kontribusi terhadap hasil belajar matematika siswa. Untuk itu maka untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa maka beberapa faktor penentu yang harus diperhatikan adalah pemahaman sosial budaya siswa dan kemampuan mengajar guru. Artinya, jika seorang guru memiliki tingkat pemahaman sosial budaya siswanya disertai dengan dengan kemampuan mengajar yang memadai maka hasil belajar matematika siswa akan cenderung meningkat.

Saran
a. Guru merupakan ujung tombak penyelenggaraan pendidikan, maka sudah sewajarnya dibina oleh kepala sekolah bersama pengawas sekolah atau kepada institusi pendidikan terkait. Dengan pembinaan guru khususnya pada aspek pemahamannya terhadap sosial budaya siswa serta kemampuan mengajarnya, sehingga dapat berkembang secara optimal dalam meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia secara umum.
b. Institusi terkait seperti Dinas Pendidikan Nasional juga dituntut untuk membina pengembangan profesional guru terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Pemahaman sosial budaya siswa dan kemampuan mengajar sebagai salah satu bagian dari sikap profesional guru akan tercermin pada hasil belajar siswa yang diperoleh. Hasil belajar tersebut akan disampaikan kepada pihak tertentu yang berkepentingan dalam bentuk laporan prestasi yang dicapai oleh siswa baik kepada pemerintah maupun kepada orang tua peserta didik dan masyarakat. Berdasarkan laporan ini, pemerintah dapat menilai apakah peningkatan profesionalisme guru telah mencapai tujuan yang dikehendaki atau tidak. Jika berhasil, maka sewajarnya pemerintah memberikan penghargaan terhadap guru yang bersangkutan, sehingga menjadi faktor pendorong untuk terus meningkatkan kinerjanya di masa depan.
c. Peranserta orang tua siswa dan masyarakat dalam pendidikan harus terus menerus ditingkatkan. Mengingat peran mereka yang begitu penting, maka hendaknya para orang tua siswa terus bekerja sama sehingga para guru dapat mengetahui latar belakang sosial budaya siswa khususnya berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, mendidiknya secara profesional sebagai bagian proses pendidikan anak, agar hasil belajar anaknya dapat ditingkatkan.
d. Meskipun hasil belajar matematika siswa secara rata-rata masih rendah, namun hendaknya sekolah terutama para guru matematika selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas hasil belajar matematika siswanya. Hal ini kiranya dapat dijadikan sebagai ukuran bahwa dalam pembelajaran matematika masih perlu digairahkan agar siswa benar-benar menyenangi mata pelajaran matematika, sehingga matematika tidak dipandang sebagai ’momok’ yang menakutkan mereka.
e. Mengingat beberapa keterbatasan penelitian ini maka untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih obyektif dan lebih representatif diperlukan penelitian replikasi di tempat yang berbeda dengan beberapa penyempurnaan dari segi metodologinya, baik dalam bentuk penelitian kuantatif ataupun penelitian kualitatif. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh rumusan yang jelas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda